web stats

Jumat, 13 Desember 2013

Information and Technology In Public Health Perspective

            Kesehatan Masyarakat (Public Health). Banyak orang – orang awam yang salah mengartikan tugas profesi dari seorang Ahli Kesehatan Masyarakat. Mereka mengira bahwa tugas seorang Ahli Kesehatan Masyarakat sama dengan Dokter. Banyak juga mereka yang menjadikan profesi Ahli Kesehatan Masyarakat atau kuliah di Kesehatan Masyarakat sebagai bentuk pelarian karena belum mampu untuk dapat belajar menjadi seorang dokter.
            Ikatan Dokter Amerika, AMA, (1948) mendefinisikan Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat. Dari definisi tersebut, Saya sebagai mahasiswa Kesehatan Masyarakat menyimpulkan bahwa seorang Ahli Kesehatan Masyarakat ada untuk berusaha menjaga kualitas kesehatan, bukan hanya kualitas kesehatan individu saja, tetapi kualitas kesehatan dari masyarakat. Cakupan masyarakat di sini dapat mencakup desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, bahkan negara. Sehingga sesungguhnya tugas seorang Ahli Kesehatan Masyarakat lebih berat karena tanggung jawab mereka terhadap masyarakat.
            Menjadi seorang Ahli Kesehatan Masyarakat tidak hanya dituntut untuk mampu menguasai ilmu kesehatan saja. Untuk dapat mengambil keputusan dan menyelesaikan suatu masalah kesehatan, seorang Ahli Kesehatan Masyarakat membutuhkan informasi yang aktual. Di Era Globalisasi ini, informasi dapat dengan mudah dan cepat untuk didapatkan jika kita mampu menguasai Teknologi Informasi.
            Teknologi Informasi bagi seorang Ahli Kesehatan Masyarakat itu penting dan banyak fungsinya. Karena itu, diciptakanlah berbagai mekanisme atau langkah yang sistematis mulai dari input, proses (pengolahan informasi), output, dan penyebarluasan informasi kesehatan atau yang sering disebut dengan Sistem Informasi Kesehatan.
            Sebagai contoh dalam satu Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) terdapat 6 program utama diantaranya yaitu KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), Pengobatan, Kesehatan Lingkungan, Pencegahan Pemberantasan Penyakit Menular, Perbaikan Gizi Masyarakat, dan Promosi Masyarakat. Masing – masing program pasti mempunyai masalah dan pengendalian yang berbeda. Untuk itu, dibutuhkan Sistem Informasi pada setiap program yang ada di puskesmas yang terintegrasi menjadi Sistem Informasi Puskesmas (SIMPUS). dengan adanya SIMPUS Sistem informasi yang lebih cepat dan akurat yang mampu menggantikan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) yang dapat digunakan untuk melaporkan hasil program kerja Puskesmas kepada Dinas Kesehatan.

            Maka, seorang Ahli Kesehatan Masyarakat tidak cukup jika hanya memiliki pengetahuan tentang kesehatan saja. Tetapi Ahli Kesehatan Masyarakat adalah mereka yang mampu menerima dan memberikan informasi tentang Kesehatan Masyarakat dengan mengikuti perkembangan Teknologi Informasi yang ada.

Kamis, 12 Desember 2013

HAZARD dan DANGER K3

HAZARD


·         Identifikasi         : Gambar alat berat di atas merupakan salah satu contoh hazard. Dimana dalam 9 hal identifikasi hazard dan bahaya, alat berat ini termasuk ke dalam kelompok ”Alat” yang menjadi hazard dalam melakukan proses pekerjaan.
·         Resiko              : Resiko yang mungkin terjadi akibat alat berat ini adalah jika pengemudi atau pengendali alat ini malakukan sedikit kesalahan (mengantuk, keliru menekan tombol, dsb) maka alat ini dapat mencelakakan/melukai setiap orang yang ada di sekitarnya.
·         Pengendalian      : Pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengendalikan resiko yang dapat ditimbulkan dari alat berat ini adalah dengan menggunakan upaya pengendalian rekayasa (enginering) dimana teknologi dimanfaatkan untuk membuat sensor pada alat berat baik itu pada ruang kemudi maupun pada sekop alat berat tersebut sehingga dapat memberikan peringatan jika pengemudi mengantuk ataupun dapat menghindar jika alat tersebut berhadapan dengan manusia.



·         Identifikasi         : Gambar di atas adalah Gambar yang di ambil ketika sedang ada perbaikan tangga di kawasan gunung bromo. Kawasan Gunung Bromo di sini termasuk ke dalam salah satu contoh hazard bagi pekerja. Dimana dalam 9 hal identifikasi hazard dan bahaya, kawasan Gunung Bromo termasuk ke dalam kelompok ”Alam” yang menjadi hazard ketika melakukan pekerjaan.
·         Resiko                : Resiko pekerjaan di kawasan Gunung Bromo ini adalah apabila pekerja tidak menggunakan masker (penutup hidung dan mulut) dapat terkena Penyakit Akibat Kerja (PAK) berupa ISPA.
·         Pengendalian      : Upaya pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengendalikan resiko yang dapat ditimbulkan dari tempat kerja yang berada di kawasan Gunung Bromo ini adalah dengan cara penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada pekerja dan mengatur administrasi kerja yang baik yaitu melakukan rolling shift kerja.




DANGER


·         Identifikasi      : Gambar di atas termasuk ke dalam salah satu contoh Bahaya (Danger). Dimana gambar tersebut menggambarkan salah satu bahaya (danger) yang ditimbulkan dari ”Produk/Hasil” suatu pekerjaan.
·         Resiko             : Resiko yang dapat terjadi sudah dapat terlihat, limbah yang telah menyebabkan begitu banyak ikan mati terapung di atas air tentu saja akan berbahaya bagi manusia apabila air yang telah tercamar limbah tersebut dikonsumsi atau digunakan oleh manusia.
·         Pengendalian   : Upaya pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengendalikan resiko yang dapat dimunculkan dari limbah adalah dengan cara subtitusi (penggantian) pada bahan produksi dengan bahan produksi yang lebih ramah lingkungan. Selain itu upaya lain yang dapat dilakukan adalah dengan cara rekayasa (enginering), yaitu dengan cara membuat suatu teknologi yang dapat mengolah limbah dengan lebih baik.


·         Identifikasi               : Gambar di atas adalah contoh gambar bahan kimia yang sering kita jumpai di laboratorium kimia. Salah satu sifat bahan kimia adalah korosif. Hal ini tentu saja merupakan salah satu bahaya yang ditimbulkan dari “Bahan” produksi.
·         Resiko                      : Resiko yang dapat terjadi akibat bahan kimia yang bersifat korosif ini adalah jika pekerja yang menggunakan bahan kimia ini kurang berhati-hati ataupun tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dapat menyebabkan kerusakan pada kulit pekerja.

·         Pengendalian            : Upaya pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengendalikan resiko yang dapat ditimbulkan dari tempat kerja yang berada di kawasan Gunung Bromo ini adalah dengan cara penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada pekerja dan pemberian keterangan bahaya pada bahan kimia.