web stats

Selasa, 06 Januari 2015

Menggapai Cita dan Cinta

Epidemiologi dan penyakit tropik, entah kenapa peminatan yang satu ini sangat fenomenal di kalangan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. Peminatan yang dikenal dengan isu-isu yang menakutkan. Peminatan yang Saya pilih sekarang untuk melanjutkan program belajar Saya di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. Entah keberanian darimana yang Saya dapat untuk memilih peminatan ini. Sampai saat ini Saya masih mempertanyakan hal ini. Tapi percaya ataupun tidak, semenjak Saya memutuskan untuk memilih Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro sebagai tempat Saya mendapatkan gelar sarjana, peminatan ini adalah tujuan saya selanjutnya yang Saya tulis di buku cita-cita Saya. Sebuah keputusan yang masih sangat mentah memang, karena keadaan pada saat itu Saya belum terlalu mengenal 'kampus ungu' tempat Saya kuliah sekarang.
Sebuah keputusan yang mentah dari seorang remaja labil seperti saya pada saat itu, tentunya akan mengalami beberapa perubahan sesuai situasi dan kondisi yang Saya ketahui padaa saat itu. Ya, setelah Saya mengetahui mengenai 'kampus ungu' lebih banyak, tepatnya ketika Saya menginjak semester kedua masa perkuliahan di 'kampus ungu' tujuan yang saya tulis di buku cita-cita Saya sebelumnya mengalami perubahan. Sempat merasa rendah diri dengan nilai yang Saya dapat di semester pertama untuk melanjutkan tujuan Saya sebelumnya yaitu masuk ke peminatan Epidemiologi dan penyakit tropik. Saya cukup merasa yakin dengan pilihan baru Saya pada saat itu sampai Saya masuk semester kelima. Semester kelima, semester yang menjadi titik puncak kelabilan Saya dalam memilih peminatan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. Mungkin bukan hanya Saya, Saya melihat kondisi ini juga terjadi pada beberapa teman di sekitar Saya. Saya dan teman-teman satu angkatan Saya harus menetapkan satu peminatan yang pasti untuk menyelesaikan gelar sarjana kami. Hingga pada hari itu, 24 November 2014 Saya mengambil kertas putih bertuliskan "Epidemiologi dan Penyakit Tropik" untuk menulis peminatan pilihan Saya. Kembali ke peminatan yang menjadi tujuan awal saya kuliah di 'kampus ungu', itulah pilihan Saya. Beberapa pertimbangan dan dukungan yang ada dari orang tua Saya yang akhirnya membantu Saya untuk memilih pemintan ini.
Tujuan Saya selanjutnya setelah memasuki peminatan ini, adalah lulus secepat-cepatnya dengan nilai yang memuaskan. Saya berharap dalam mencapai tujuan tersebut, saya dapat membuktikan kepada semua orang di sekitar Saya bahwa Saya dapat melewatinya dengan proses yang baik dan benar walaupun isu yang ada mengatakan bahwa peminatan ini merupakan suatu peminatan yang menakutkan. Tidak hanya sampai di situ saja. Setelah nantinya Saya mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM), Saya tidak ingin setiap ilmu yang Saya dapatkan di 'kampus ungu' tepatnya di peminatan Epidemiologi dan penyakit tropik sia-sia begitu saja. Lahir dan tumbuh di daerah yang memiliki cukup banyak masalah kesehatan memberikan semangat kepada diri Saya sendiri untuk dapat memberikan sebuah pengabdian kepada kampung halaman. Saya ingin menjadi seorang epidemiolog yang mampu mengaplikasikan setiap ilmu yang Saya dapatkan di 'kampus ungu'. Peminatan Epidemiologi dan penyakit tropik, akan memberikan ilmu Surveilens Epidemiologi, dan dengan bekal tersebut Saya berharap tidak ada lagi penyakit yang tidak terdeteksi ataupun tidak tertangani di tempat pengabdian Saya. Saya ingin kampung halaman yang telah menjadi tempat kelahiran Saya, dapat memiliki derajat kesehatan yang lebih baik lagi di mata nasional, atau mungkin internasional jika Saya boleh bermimpi yang semoga akan menjadi kenyataan. Brebes, Saya yakin ada banyak potensi positif untuk tumbuh menjadi daerah yang lebih baik. Terutama di sektor kesehatan.
#akuepidemiolog

Jumat, 03 Januari 2014

Cuci Tangan Pakai Sabun

            Banyak orang yang berpendapat sehat itu mahal. Mungkin pendapat ini memang benar, sehat akan terasa mahal ketika kita sudah merasakan sakit. Seperti kata pepatah “Sesuatu akan terasa sangat terasa begitu berharga ketika kita telah kehilangan sesuatu tersebut”. Begitu juga dengan kesehatan. Sebisa mungkin kita harus menjaga nikmat sehat yang kita rasakan sebelum kita merasakan sakit. Setiap orang mempunyai cara mereka sendiri untuk bisa menjaga kesehatannya. Di sini saya akan membahas cuci tangan pakai sabun sebagai cara paling sederhana untuk dapat tetap bisa merasakan nikmatnya menjadi sehat.
1 . Kenapa Harus Mencuci Tangan?
            “Memangnya kenapa sih harus cuci tangan? males ah.”. Mungkin kalimat ini sering terdengar ketika seorang anak atau bahkan mungkin orang dewasa diminta untuk cuci tangan. Tapi jika dilihat dari manfaatnya, cuci tangan adalah salah satu teknik untuk menjaga kesehatan jika dilakuakan dengan baik dan benar.
            Hanya dengan mencuci tangan kita tidak hanya melindungi diri kita sendiri, tapi kita juga dapat melindungi orang-orang yang ada di sekitar kita. Kuman penyebab penyakit ada dimana-mana. Bahkan di tempat yang tak terduga-pun tak menutup kemungkinan menjadi tempat bersarangnya kuman penyebab penyakit. Penelitian yang dicantumkan dalam situs Global Hand Washing.org menyatakan bahwa  kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun mengurangi angka tidak masuk sekolah pada anak-anak hingga 42%.
2. Cara Mencuci Tangan yang Benar
            Kebanyakan dari kita mungkin sangat mensepelekan hal yang satu ini. Cuci tangan, satu hal kecil yang dapat memiliki dampak besar bagi kesehatan kita. cuci tangan yang yang benar bukanlah hanya dengan membasuh tangan dengan air saja. Tetapi, mencuci tangan juga harus dengan cara yang benar untuk mendapatkan hasil maksimal.
            Berikut adalah cara mencuci tangan yang benar menurut situs http://dinkes.magetankab.go.id :
  1. Basahi tangan setinggi pertengahan lengan bawah dengan air mengalir
  2. Gunakan sabun di bagian telapak tangan yang telah basah
  3. Digosok telapak tangan ke telapak tangan, sehingga menghasikan busa secukupnya selama 15-20 detik. Dalam membasuh/menggosok tangan langkah-langkah yang harus dilakukan adalah : 
  4. Bilas kembali dengan air bersih
  5. Tutup kran dengan siku atau tissu
  6. Keringkan tangan dengan tissu / handuk kertas
  7. Hindarkan menyentuh benda disekitarnya setelah mencuci tangan
3. Kapan Kita Harus Mencuci Tangan
            Cuci tangan, satu hal sederhana yang bisa dilakukan siapapun, kapanpun dan dimanapun. Namun, ada saat-saat tertentu yang mengharuskan kita untuk cuci tangan dengan tujuan menghindari adanya penularan penyakit melalui mikroba yang menempel di tangan. 5 Waktu penting untuk Cuci Tangan Pakai Sabun adalah :
a. Sebelum makan
b. Sesudah Buang Air Besar (BAB)
c. Sebelum memegang bayi
d. Setelah membersihkan anak yang Buang Air Besar (BAB)
e. Sebelum menyiapkan makanan

Nah, tunggu apalagi? buat hidup kita lebih sehat dengan mencuci tangan. Sebarkan pula virus cara mencuci tangan yang baik dan benar kepada orang-orang di sekitarmu, agar terwujud lingkungan yang bersih dan sehat. Ada sedikit pesan dari STBM Indonesia :)

Jumat, 13 Desember 2013

Information and Technology In Public Health Perspective

            Kesehatan Masyarakat (Public Health). Banyak orang – orang awam yang salah mengartikan tugas profesi dari seorang Ahli Kesehatan Masyarakat. Mereka mengira bahwa tugas seorang Ahli Kesehatan Masyarakat sama dengan Dokter. Banyak juga mereka yang menjadikan profesi Ahli Kesehatan Masyarakat atau kuliah di Kesehatan Masyarakat sebagai bentuk pelarian karena belum mampu untuk dapat belajar menjadi seorang dokter.
            Ikatan Dokter Amerika, AMA, (1948) mendefinisikan Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat. Dari definisi tersebut, Saya sebagai mahasiswa Kesehatan Masyarakat menyimpulkan bahwa seorang Ahli Kesehatan Masyarakat ada untuk berusaha menjaga kualitas kesehatan, bukan hanya kualitas kesehatan individu saja, tetapi kualitas kesehatan dari masyarakat. Cakupan masyarakat di sini dapat mencakup desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, bahkan negara. Sehingga sesungguhnya tugas seorang Ahli Kesehatan Masyarakat lebih berat karena tanggung jawab mereka terhadap masyarakat.
            Menjadi seorang Ahli Kesehatan Masyarakat tidak hanya dituntut untuk mampu menguasai ilmu kesehatan saja. Untuk dapat mengambil keputusan dan menyelesaikan suatu masalah kesehatan, seorang Ahli Kesehatan Masyarakat membutuhkan informasi yang aktual. Di Era Globalisasi ini, informasi dapat dengan mudah dan cepat untuk didapatkan jika kita mampu menguasai Teknologi Informasi.
            Teknologi Informasi bagi seorang Ahli Kesehatan Masyarakat itu penting dan banyak fungsinya. Karena itu, diciptakanlah berbagai mekanisme atau langkah yang sistematis mulai dari input, proses (pengolahan informasi), output, dan penyebarluasan informasi kesehatan atau yang sering disebut dengan Sistem Informasi Kesehatan.
            Sebagai contoh dalam satu Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) terdapat 6 program utama diantaranya yaitu KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), Pengobatan, Kesehatan Lingkungan, Pencegahan Pemberantasan Penyakit Menular, Perbaikan Gizi Masyarakat, dan Promosi Masyarakat. Masing – masing program pasti mempunyai masalah dan pengendalian yang berbeda. Untuk itu, dibutuhkan Sistem Informasi pada setiap program yang ada di puskesmas yang terintegrasi menjadi Sistem Informasi Puskesmas (SIMPUS). dengan adanya SIMPUS Sistem informasi yang lebih cepat dan akurat yang mampu menggantikan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) yang dapat digunakan untuk melaporkan hasil program kerja Puskesmas kepada Dinas Kesehatan.

            Maka, seorang Ahli Kesehatan Masyarakat tidak cukup jika hanya memiliki pengetahuan tentang kesehatan saja. Tetapi Ahli Kesehatan Masyarakat adalah mereka yang mampu menerima dan memberikan informasi tentang Kesehatan Masyarakat dengan mengikuti perkembangan Teknologi Informasi yang ada.

Kamis, 12 Desember 2013

HAZARD dan DANGER K3

HAZARD


·         Identifikasi         : Gambar alat berat di atas merupakan salah satu contoh hazard. Dimana dalam 9 hal identifikasi hazard dan bahaya, alat berat ini termasuk ke dalam kelompok ”Alat” yang menjadi hazard dalam melakukan proses pekerjaan.
·         Resiko              : Resiko yang mungkin terjadi akibat alat berat ini adalah jika pengemudi atau pengendali alat ini malakukan sedikit kesalahan (mengantuk, keliru menekan tombol, dsb) maka alat ini dapat mencelakakan/melukai setiap orang yang ada di sekitarnya.
·         Pengendalian      : Pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengendalikan resiko yang dapat ditimbulkan dari alat berat ini adalah dengan menggunakan upaya pengendalian rekayasa (enginering) dimana teknologi dimanfaatkan untuk membuat sensor pada alat berat baik itu pada ruang kemudi maupun pada sekop alat berat tersebut sehingga dapat memberikan peringatan jika pengemudi mengantuk ataupun dapat menghindar jika alat tersebut berhadapan dengan manusia.



·         Identifikasi         : Gambar di atas adalah Gambar yang di ambil ketika sedang ada perbaikan tangga di kawasan gunung bromo. Kawasan Gunung Bromo di sini termasuk ke dalam salah satu contoh hazard bagi pekerja. Dimana dalam 9 hal identifikasi hazard dan bahaya, kawasan Gunung Bromo termasuk ke dalam kelompok ”Alam” yang menjadi hazard ketika melakukan pekerjaan.
·         Resiko                : Resiko pekerjaan di kawasan Gunung Bromo ini adalah apabila pekerja tidak menggunakan masker (penutup hidung dan mulut) dapat terkena Penyakit Akibat Kerja (PAK) berupa ISPA.
·         Pengendalian      : Upaya pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengendalikan resiko yang dapat ditimbulkan dari tempat kerja yang berada di kawasan Gunung Bromo ini adalah dengan cara penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada pekerja dan mengatur administrasi kerja yang baik yaitu melakukan rolling shift kerja.




DANGER


·         Identifikasi      : Gambar di atas termasuk ke dalam salah satu contoh Bahaya (Danger). Dimana gambar tersebut menggambarkan salah satu bahaya (danger) yang ditimbulkan dari ”Produk/Hasil” suatu pekerjaan.
·         Resiko             : Resiko yang dapat terjadi sudah dapat terlihat, limbah yang telah menyebabkan begitu banyak ikan mati terapung di atas air tentu saja akan berbahaya bagi manusia apabila air yang telah tercamar limbah tersebut dikonsumsi atau digunakan oleh manusia.
·         Pengendalian   : Upaya pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengendalikan resiko yang dapat dimunculkan dari limbah adalah dengan cara subtitusi (penggantian) pada bahan produksi dengan bahan produksi yang lebih ramah lingkungan. Selain itu upaya lain yang dapat dilakukan adalah dengan cara rekayasa (enginering), yaitu dengan cara membuat suatu teknologi yang dapat mengolah limbah dengan lebih baik.


·         Identifikasi               : Gambar di atas adalah contoh gambar bahan kimia yang sering kita jumpai di laboratorium kimia. Salah satu sifat bahan kimia adalah korosif. Hal ini tentu saja merupakan salah satu bahaya yang ditimbulkan dari “Bahan” produksi.
·         Resiko                      : Resiko yang dapat terjadi akibat bahan kimia yang bersifat korosif ini adalah jika pekerja yang menggunakan bahan kimia ini kurang berhati-hati ataupun tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dapat menyebabkan kerusakan pada kulit pekerja.

·         Pengendalian            : Upaya pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengendalikan resiko yang dapat ditimbulkan dari tempat kerja yang berada di kawasan Gunung Bromo ini adalah dengan cara penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada pekerja dan pemberian keterangan bahaya pada bahan kimia.

Selasa, 26 Maret 2013

TEORI PENYEBAB PENYAKIT



TEORI PENYEBAB PENYAKIT
1).Contagion Theory
Teori ini mengemukakan bahwa terjadinya penyakit diperlukan adanya kontak antara satu person dengan person lain. Teori ini di kembangkan berdasarkan situasi penyakit pada masa itu yang kebanyakan adalah penyakit yang menular karena adanya kontak langsung. Teori ini bermula pada pengamatan terhadap epidemic dan penyakit Lepra di Mesir.
2). Hippocratic Theory
Teori ini di pelopori oleh Hippocrates yang lebih mengarahkan kausa pada suatu factor tertentu.Menurutnya bahwa kausa penyakit berasal dari alam, cuaca, dan lingkungan. Teori ini mampu menjawab masalah penyakit pada waktu itu dan dipakai hingga tahun 1800an dan teori ini ternyata tidak mampu menjawab berbagai penyakit infeksi lain yang mempunyai rantai penularan yang lebih rumit.
3). Miasmatic Theory
Teori ini menunjukan penyakit timbul akibat sisa makhluk hidup yang mengalami pembusukan sehingga menyebabkan pengotoran udara dan lingkungan sekitarnya.
namun tidak dapat menjawab pertanyaan tentang penyebab berbagai penyakit.
4). Epidemic Theory
Teori ini menghubungkan terjadinya penyakit dengan cuaca dan factor geografis. Zat organik dari lingkungan dianggap sebagai pembawa penyakit . Teori ini diterapkan oleh John Snow dalam menganalisis diare di London.
5).Teori Kuman (Grem Theory).
Kuman (mikroorganisme) ditunjuk sebagai kausa penyakit . Kuman dianggap sebagai kausa tunggal penyakit namun teori ini mendapat tantangan dari berbagai penyakit kronis misalnya jantung dan kanker.
6). Teori Multi kausa
Teori ini disebut sebagai konsep multi faktorial yang menekankan bahwa suatu penyakit terjadi sebagai hasil dari interaksi berbagai faktor misalnya interaksi lingkungan yang berupa faktor biologis , kimiawi, dan sosial memegang peranan dalam terjadinya penyakit.

Sumber :
Azwar,Azrul.1988. Pengantar Epidemiologi. Binarupa Aksara . Jakarta Barat
Bustan, M.N. 2006. Pengantar Epidemiologi. Rineka Cipta . Jakarta.
Effendy, Nasrul.1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Penerbit Buku Kedokteran . Jakarta
Murti, Bhisma.1997. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Rinekacipta . Jakarta
Noor,Nasri.2000. Dasar Epidemiologi. Rineka Cipta . Jakarta.
Notoatmodjo,Soekidjo.2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta.
diakses tanggal 26 Maret 2013



Nama   : Ghea Yanna Aulia
NIM    : 25010112140103
Kelas   : B-2012

Senin, 14 Januari 2013

Prinsip Etika Kesehatan Masyarakatan



  1. Fidelity
    Yaitu merupakan suatu prinsip untuk menghargai janji dan komitmen dari pelayan kesehatan terhadap pasien
  2. Fiduciary
    Yaitu merupakan suatu prinsip seorang pelayan kesehatan untuk memiliki karakter dapat dipercaya berdasarkan keyakinan, kepercayaan, ketergantungan, dan itikad baik yang dibutuhkan oleh pasien.
  3. Justice
    Yaitu merupakan suatu prinsip untuk memberikan suatu pelayanan kesehatan secara adil dan sama kepada pasien yang disertai dengan menjunjung tinggi prinsip moral, legal, dan kemanusiaan.
  4. Veracity
    Yaitu merupakan suatu prinsip untuk selalu memrikan informasi tentang kebenaran kepada pasien.
  5. Autonomy
    Yaitu merupakan suatu prinsip yang berdasarkan kepada kayakinan bahwa setiap individu mampu berfikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Prinsip ini merupakan suatu bentuk respect dari pasien.
  6. Non - Maleficence
    Yaitu merupakan suatu prinsip untuk melakukan tindakan yang tidak merugikan dan membahayakan pasien, melakukan tindakan berdasarkan aturan, dan tidak melakukan kelalaian.
  7. Beneficence
    Yaitu merupakan suatu prinsip melakukan tindakan terbaik untuk kepentingan pasien.
  8. Confidence - Kerahasiaan
    Yaitu suatu prinsip yang menjamin bahwa pelayan kesehatan wajib menahan diri untuk tidak membocorkan info dari pasien dan mengambil tindakan pencegahan yang layak untuk melindungi info tersebut selama terapi medis.

Minggu, 13 Januari 2013

Makalah Korosi


PENDAHULUAN
            Korosi pada logam menimbulkan kerugian tidak sedikit. Hasil riset yang berlangsung tahun 2002 di Amerika Serikat memperkirakan, kerugian akibat korosi yang menyerang permesinan industri, infrastruktur, sampai perangkat transportasi di negara adidaya itu mencapai 276 miliar dollar AS. Ini berarti 3,1 persen dari Gross Domestic Product (GDP)-nya. sebenarnya, negara-negara di kawasan tropis seperti Indonesia paling banyak menderita kerugian akibat korosi ini. tetapi, tidak ada data yang jelas di negara-negara tersebut tentang jumlah kerugian setiap tahunnya.
Korosi yang dipengaruhi oleh mikroba merupakan suatu inisiasi atau aktifitas korosi akibat aktifitas mikroba dan proses korosi. Korosi pertama diindentifikasi hampir 100 jenis dan telah dideskripsikan awal tahun 1934. bagaimanapun korosi yang disebabkan aktifitas mikroba tidak dipandang serius saat degradasi pemakaian sistem industri modern hingga pertengahan tahun1970- an. Ketika pengaruh serangan mikroba semakin tinggi, sebagai contoh tangki air stainless steel dinding dalam terjadi serangan korosi lubang yang luas pada permukaan sehingga para industriawan menyadari serangan tersebut. Sehingga saat itu, korosi jenis ini merupakan salah satu faktor pertimbangan pada instalasi pembangkit industri, industri minyak dan gas, proses kimia, transportasi dan industri kertaspulp. Selama tahun 1980 dan berlanjut hingga awal tahun 2000, fenomena tesebut dimasukkan sebagai bahan perhatian dalam biaya operasi dan pemeriksaan sistem industri. Dari fenomena tersebut, banyak institusi mempelajari dan memecahkan masalah ini dengan penelitian-penelitian untuk mengurangi bahaya korosi tersebut.
            Penulisan ini makalah ini ditujukan sebagai bahan perhatian kembali kepada pelaku indutriawan, dosen dan pendidikan secara khususnya dan orang- orang yang berkompeten terhadap bidang, kimia, korosi dan ilmu pengetahuan alam pada umumnya, bagaimana bahayanya korosi bakteri di lingkungan bebas baik air, udara dan tanah di sekitar kita.
            Mikroba merupakan suatu mikrooranisme yang hidup di lingkungan secara luas pada habitat-habitatnya dan membentuk koloni yang pemukaanya kaya dengan air, nutrisi dan kondisi fisik yang memungkinkan pertumbuhan mikroba terjadi pada rentang suhu yang panjang biasa ditemukan di sistem air, kandungan nitrogen dan fosfor sedikit, konsentrat serta nutrisi-nutrisi penunjang lainnya.
            Mikroorganisme yang mempengaruhi korosi antara lain bakteri, jamur, alga danprotozoa. Korosi ini bertanggung jawab terhadap degradasi material di lingkungan. Pengaruh inisiasi atau laju korosi di suatu area, mikroorganisme umumnya berhubungan dengan permukaan korosi kemudian menempel pada permukaan logam dalam bentuk lapisan tipis atau biodeposit. Lapisan film tipis atau biofilm. Pembentukan lapisan tipis saat 2 – 4 jam pencelupan sehingga membentuk lapisan ini terlihat hanya bintik-bintik dibandingkan menyeluruh di permukaan.
Lapisan film berupa biodeposit biasanya membentuk diameter beberapa centimeter di permukaan, namun terekspos sedikit di permukaan sehingga dapat meyebabkan korosi lokal. Organisme di dalam lapisan deposit mempunyai efek besar dalam kimia di lingkungan antara permukaan logam/film atau logam/deposit tanpa melihat efek dari sifat bulk electrolyte.
 ISI
A.   Pengertian Korosi
            Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi.
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah.
            Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijihmineralnya. Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawabesi oksida atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida).
            Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda potensial terhadap elektrodalainnya yang akan sangat berbeda bila masih bersih dari oksida.
B.   Proses Terjadinya Korosi
            Korosi atau pengkaratan merupakan fenomena kimia pada bahan – bahan logam yang pada dasarnya merupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan logam yang kontak langsung dengan lingkungan berair dan oksigen. Contoh yang paling umum, yaitu kerusakan logam besi dengan terbentuknya karat oksida. Dengan demikian, korosi menimbulkan banyak kerugian.
            Korosi logam melibatkan proses anodik, yaitu oksidasi logam menjadi ion dengan melepaskan elektron ke dalam (permukaan) logam dan proses katodik yang mengkonsumsi electron tersebut dengan laju yang sama : proses katodik biasanya merupakan reduksi ion hidrogen atau oksigen dari lingkungan sekitarnya. Untuk contoh korosi logam besi dalam udara lembab, misalnya proses reaksinya dapat dinyatakan sebagai berikut :
Anode {Fe(s)→ Fe2+(aq)+ 2 e}x 2
Katode O2(g)+ 4H+(aq)+ 4 e → 2 H2O(l)                        
                                                                               +
Redoks 2 Fe(s) + O2 (g)+ 4 H+(aq)→ 2 Fe2++ 2 H2O(l)
            Dari data potensial elektrode dapat dihitung bahwaemf standar untuk proses korosi ini, ,yaituE0sel = +1,67 V ; reaksi ini terjadi pada lingkungan asam dimana ion H+ sebagian dapat diperoleh dari reaksi karbon dioksida atmosfer dengan air membentuk H2CO3. Ion Fe+2 yang terbentuk, di anode kemudian teroksidasi lebih lanjut oleh oksigen membentuk besi (III) oksida :
4 Fe+2(aq)+ O2 (g) + (4 + 2x) H2O(l) → 2 Fe2O3x H2O + 8 H+(aq)
Hidrat besi (III) oksida inilah yang dikenal sebagai karat besi. Sirkuit listrik dipacu oleh migrasi elektron dan ion, itulah sebabnya korosi cepat terjadi dalam air garam.
Jika proses korosi terjadi dalam lingkungan basa, maka reaksi katodik yang terjadi, yaitu :
O2 (g) + 2 H2O(l)+ 4e → 4 OH-(aq)
            Oksidasi lanjut ion Fe2+ tidak berlangsung karena lambatnya gerak ion ini sehingga sulit berhubungan dengan oksigen udara luar, tambahan pula ion ini segera ditangkap oleh garam kompleks hexasianoferat (II) membentuk senyawa kompleks stabil biru. Lingkungan basa tersedia karena kompleks kalium heksasianoferat (III).
Korosi besi realatif cepat terjadi dan berlangsung terus, sebab lapisan senyawa besi (III) oksida yang terjadi bersifat porous sehingga mudah ditembus oleh udara maupun air. Tetapi meskipun alumunium mempunyai potensial reduksi jauh lebih negatif ketimbang besi, namun proses korosi lanjut menjadi terhambatkarena hasil oksidasi Al2O3, yang melapisinya tidak bersifat porous sehingga melindungi logam yang dilapisi dari kontak dengan udara luar.
C.   Dampak Dari Korosi
            Karatan adalah istilah yang diberikan masyarakat terhadap logam yang mengalami kerusakan berbentuk keropos. Sedangkan bagian logam yang rusak dan berwarna hitam kecoklatan pada baja disebut Karat. Secara teoritis karat adalah istilah yang diberikan terhadap satu jenis logam saja yaitu baja, sedangkan secara umum istilah karat lebih tepat disebut korosi. Korosi didefenisikan sebagai degradasi material (khususnya logam dan paduannya) atau sifatnya akibat berinteraksi dengan lingkungannya.
            Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah dan berlangsung dengan sendirinya, oleh karena itu korosi tidak dapat dicegah atau dihentikan sama sekali. Korosi hanya bisa dikendalikan atau diperlambat lajunya sehingga memperlambat proses perusakannya.
            Dilihat dari aspek elektrokimia, korosi merupakan proses terjadinya transfer elektron dari logam ke lingkungannya. Logam berlaku sebagai sel yang memberikan elektron (anoda) dan lingkungannya sebagai penerima elektron (katoda). Reaksi yang terjadi pada logam yang mengalami korosi adalah reaksi oksidasi, dimana atom-atom logam larut kelingkungannya menjadi ion-ion dengan melepaskan elektron pada logam tersebut. Sedangkan dari katoda terjadi reaksi, dimana ion-ion dari lingkungan mendekati logam dan menangkap elektron- elektron yang tertinggal pada logam.
Dampak yang ditimbulkan korosi sungguh luar biasa. Berdasarkan pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya, Amerika Serikat mengalokasikan biaya pengendalian korosi sebesar 80 hingga 126 milyar dollar per tahun. Di Indonesia, dua puluh tahun lalu saja biaya yang ditimbulkan akibat korosi dalam bidang indusri mencapai 5 trilyun rupiah. Nilai tersebut memberi gambaran kepada kita betapa besarnya dampak yang ditimbulkan korosi dan nilai ini semakin meningkat setiap tahunnya karena belum terlaksananya pengendalian korosi secara baik bidang indusri. Dampak yang ditimbulkan korosi dapat berupa kerugian langsung dan kerugian tidak langsung. Kerugian langsung adalah berupa terjadinya kerusakan pada peralatan, permesinan atau stuktur bangunan. Sedangkan kerugian tidak langsung berupa terhentinya aktifitas produksi karena terjadinya penggantian peralatan yang rusak akibat korosi, terjadinya kehilangan produk akibat adanya kerusakan pada kontainer, tanki bahan bakar atau jaringan pemipaan air bersih atau minyak mentah, terakumulasinya produk korosi pada alat penukar panas dan jaringan pemipaannya akan menurunkan efisiensi perpindahan panasnya, dan lain sebagainya.
D.   Bentuk-Bentuk Korosi
            Bentuk-bentuk korosi dapat berupa korosi merata, korosi galvanik, korosi sumuran, korosi celah, korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik (corrosion fatique cracking) dan korosi akibat pengaruh hidogen (corrosion induced hydrogen), korosi intergranular, selective leaching, dan korosi erosi.
1.      Korosi merata adalah korosi yang terjadi secara serentak diseluruh permukaan logam, oleh karena itu pada logam yang mengalami korosi merata akan terjadi pengurangan dimensi yang relatif besar per satuan waktu. Kerugian langsung akibat korosi merata berupa kehilangan material konstruksi, keselamatan kerja dan pencemaran lingkungan akibat produk korosi dalam bentuk senyawa yang mencemarkan lingkungan. Sedangkan kerugian tidak langsung, antara lain berupa penurunan kapasitas dan peningkatan biaya perawatan (preventive maintenance).
2.      Korosi galvanik terjadi apabila dua logam yang tidak sama dihubungkan dan berada di lingkungan korosif. Salah satu dari logam tersebut akan mengalami korosi, sementara logam lainnya akan terlindung dari serangan korosi. Logam yang mengalami korosi adalah logam yang memiliki potensial yang lebih rendah dan logam yang tidak mengalami korosi adalah logam yang memiliki potensial lebih tinggi.
3.      Korosi sumuran adalah korosi lokal yang terjadi pada permukaan yang terbuka akibat pecahnya lapisan pasif. Terjadinya korosi sumuran ini diawali dengan pembentukan lapisan pasif dipermukaannya, pada antarmuka lapisan pasif dan elektrolit terjadi penurunan pH, sehingga terjadi pelarutan lapisan pasif secara perlahan-lahan dan menyebabkan lapisan pasif pecah sehingga terjadi korosi sumuran. Korosi sumuran ini sangat berbahaya karena lokasi terjadinya sangat kecil tetapi dalam, sehingga dapat menyebabkan peralatan atau struktur patah mendadak.
4.      Korosi celah adalah korosi lokal yang terjadi pada celah diantara dua komponen. Mekanisme terjadinya korosi celah ini diawali dengan terjadi korosi merata diluar dan didalam celah, sehingga terjadi oksidasi logam dan reduksi oksigen. Pada suatu saat oksigen (O2) di dalam celah habis, sedangkan oksigen (O2) diluar celah masih banyak, akibatnya permukaan logam yang berhubungan dengan bagian luar menjadi katoda dan permukaan logam yang didalam celah menjadi anoda sehingga terbentuk celah yang terkorosi.
5.      Korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik (corrosionfatique cracking) dan korosi akibat pengaruh hidogen (corrosion inducedhydrogen) adalah bentuk korosi dimana material mengalami keretakan akibatpengaruh lingkungannya. Korosi retak tegang terjadi pada paduan logam yang mengalami tegangan tarik statis dilingkungan tertentu, seperti : baja tahan karat sangat rentan terhadap lingkungan klorida panas, tembaga rentan dilarutan amonia dan baja karbon rentan terhadap nitrat. Korosi retak fatk terjadi akibat tegangan berulang dilingkungan korosif. Sedangkan korosi akibat pengaruh hidogen terjadi karena berlangsungnya difusi hidrogen kedalam kisi paduan.
6.      Korosi intergranular adalah bentuk korosi yang terjadi pada paduan logam akibat terjadinya reaksi antar unsur logam tersebut di batas butirnya. Seperti yang terjadi pada baja tahan karat austenitik apabila diberi perlakuan panas. Pada temperatur 425 – 815oC karbida krom (Cr23C6) akan mengendap di batas butir. Dengan kandungan krom dibawah 10 %, didaerah pengendapan tersebut akan mengalami korosi dan menurunkan kekuatan baja tahan karat tersebut.
7.      Selective leaching adalah korosi yang terjadi pada paduan logam karena pelarutan salah satu unsur paduan yang lebih aktif, seperti yang biasa terjadi pada paduan tembaga-seng. Mekanisme terjadinya korosi selective leaching diawali dengan terjadi pelarutan total terhadap semua unsur. Salah satu unsur pemadu yang potensialnya lebih tinggi akan terdeposisi, sedangkan unsur yang potensialnya lebih rendah akan larut ke elektrolit. Akibatnya terjadi keropos pada logam paduan tersebut. Contoh lain selective leaching terjadi pada besi tuang kelabu yang digunakan sebagai pipa pembakaran. Berkurangnya besi dalam paduan besi tuang akan menyebabkan paduan tersebut menjadi porous dan lemah, sehingga dapat menyebabkan terjadinya pecah pada pipa.
E.  Pencegahan korosi
            Pencegahan korosi didasarkan pada dua prinsip berikut :
1.      Mencegah kontak dengan oksigen dan/atau air
Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Bila salah satu tidak ada, maka peristiwa korosi tidak dapat terjadi.  Korosi dapat dicegah dengan melapisi besi dengan cat, oli, logam lain yang tahan korosi (logam yang lebih aktif seperti seg dan krom).  Penggunaan logam lain yang kurang aktif (timah dan tembaga) sebagai pelapis pada kaleng bertujuan agar kaleng cepat hancur di tanah. Timah atau tembaga bersifat mampercepat proses korosi.
2.      Perlindungan katoda (pengorbanan anoda)
Besi yang dilapisi atau dihubugkan dengan logam lain yang lebih aktif akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katoda.  Di sini, besi berfungsi hanya sebagai tempat terjadinya reduksi oksigen. Logam lain berperan sebagai anoda, dan mengalami reaksi oksidasi.  Dalam hal ini besi, sebagai katoda, terlindungi oleh logam lain (sebagai anoda, dikorbankan).  Besi akan aman terlindungi selama logam pelindungnya masih ada / belum habis.  Untuk perlindungan katoda pada sistem jaringan pipa bawah tanah lazim digunakan logam magnesium, Mg.  Logam ini secara berkala harus dikontrol dan diganti.
3.      Membuat alloy atau  paduan logam yang bersifat tahan karatmisalnya besi dicampur dengan logam Ni dan Cr menjadi baja stainless (72% Fe, 19%Cr, 9%Ni). 
 KESIMPULAN
1.      Korosi merata dapat terjadi pada logam dan paduan logam karena reaksi oksidasi dan reduksinya tersebar secara merata pada logam dengan laju korosi yang relatif sama.
2.      Logam yang terkorosi merata terjadi akibat seluruh permukaan logam kontak dengan lingkungannya.
3.      Aktivitas mikroba khususnya bakteri reduksi ,oksida sulfat dan mangan oksidasi mengakibatkan degradasi fungsi peralatan yang memakai bahan dasar logam dengan kondisi lingkungan kritis dan temperatur tertentu. Maka pencegahan dengan pemilihan lingkungan kerja material yang tidak memberikan nutrisi dan temperatur untuk berkembang dan perlindungan korosi berupa pengecatan dan proteksi katodik.